Sabtu, 17 Desember 2011

Penjaga Hati yang Kesepian

Diam, dingin dan hampa,
membungkus raga tanpa busana,
menusuk hingga ubun-ubun,
mengalir sepanjang aliran darah,
hening...

Tak ada bisikan, tak ada nyanyian,
tawa pun sirna dan gelap menyelimuti.
Tak ada penuntun maka lumpuhlah,
jatuh dan terbenam pada kubangan gemerlapan.
Sesaat, suara itu muncul dengan nyaringnya,
memecahkan selaput gendang telinga,
lalu pergi tanpa kabar,
dan hening...

Renyahnya tawa hanya diingatan,
tak tahu kapan kan jadi kenyataan.
Dan kini di dalam ketiadaan,
meremukkan hati, melumpuhkan tulang.
Bibir pun hanya mampu berucap,
"Di manakah kau, wahai penjaga hati yang kesepian?''

Padang, 15 Des 2011

Tentang Dia

Ibu, kau hanya mengajariku tentang menyayangi,
bukan mencinta.
Dan aku tak tahu apa itu mencintai,
apa rasanya mencintai atau dicintai.

Inikah cinta itu?
Saat jantung berdebar kencang mendengar namanya,
saat ku malu 'tuk menatap matanya,
saat ku selalu ingin melihat wajahnya.

Ibu, andai kau di sini,
'kan selaluku ceritakan kisahnya padamu.
Tentang bagaimana dia tersenyum,
bagaimana dia memanggil namaku,
bagaimana dia membuatku tertawa,
dan semua tentangnya.

Ibu, aku harap aku tidak salah menafsirkan cinta,
karena baru kali ini aku mencintai
dan menanti kapan dicintai